Senin, Juli 14, 2008

FPTI sudah berupaya optimal

Pertandingan semi final panjat tebing cabang boulder perorangan yang dilaksanakan pagi hari di komplek Stadion Utama Palaran Samarinda sepi pengunjung. Tidak seperti pertandingan panjat tebing speed beregu. Pertandingan ini hanya dihadiri beberapa suporter dari kontingennya sendiri, akibatnya gemuruh sorakan tidak terdengar, yang terdengar hanya teriakan-teriakan kecil dari supporter yang sebagian besar juga atlit. Di sela-sela pertandingan tampak supporter Jawa Tengah tampil pula sebagai atlet dilaga semifinal nomor boulder perorangan putri. Ade, misalnya, selain supporter juga pengurus provinsi Federasi Panjat Tebing Indonesia (FP TI) daerah Jawa Tengah. Jawa Tengah diperkuat 13 atlet panjat tebing berusia 16-27 tahun. Persiapan Jawa Tengah sebenarnya sudah matang untuk mengikuti kejuaran olahraga nasional ini. Sejak 6 bulan silam telah diadakan pelatihan khusus di Purwokerto. Atlet Jawa Tengah rata-rata pemanjat muda yang masih perawan, belum dipoles secara optimal. Sejak dimulai hingga semalam atlet-atlet muda ini sudah berhasil meraih medali perunggu pada nomor speed beregu putra, pada nomor lain, tersisih. Kesempatan masih terbuka, karena Jawa Tengah masih menyisakan beberapa nomor pertandingan, seperti boulder perorangan putra dan putri yang melaju hingga tahap semi final. Mengenai target FPTI, menurut Ade, sebenarnya tidak ada target khusus, yang penting tampil optimal. Persiapannya sebenarnya sudah cukup, tetapi persaingnya sangat ketat. Kontingen lain banyak yang lebih siap dan diperkuat atlet-atlet berpengalaman. Atlet pemanjat tebing senior Jawa Tengah saat ini berada dilima besar nasional. Sedang juniornya sudah sampai tingkat Asia. Jatuhnya Harini atlet binaan di track nomor 2 dalam panjat tebing, merupakan resiko olahraga. Tantangan tidak berbahaya, asal semua safety prosedure dipenuhi. Safety equipment juga telah dimonitor secara kontinyu oleh tim teknis dari pusat. Mengenai lintasan track yang ekstrim, FPTI Jawa Tengah belum memiliki fasilitas latihan khusus dengan medan track curam, sehingga menyulitkan atlit. Pelatihan panjat tebing buat-an maupun lintasan alam sering diberikan sebagai porsi rutin untuk atlet. Pada try out yang lalu berhasil lumayan. Kegiatan itu dimaksudkan untuk menguji kemampuan, fisik sekaligus mental atlet. Beberapa kegagalan yang terjadi selama PON XVII bukan merupakan kekurangan atlet Jawa Tengah, namun lebih disebabkan kesiapan kontingen lain lebih baik. Bertambahnya kuantitas pembinaan dan pelatihan belum cukup bagi atlit, tetapi harus diikuti peningkatan prestasi dan kualitas atlit. Semangat memang diperlukan, namun untuk mengubah semangat menjadi prestasi membutuhkan waktu panjang. Regenerasi atlit panjat tebing Jawa Tengah juga lebih baik. Perpindahan atlit junior ke senior diharapkan dapat meningkatkan prestasi. Batas umur minimal 16 tahun bagi pemanjat senior tinggal menunggu saat. Banyaknya atlet Jawa Tengah menyeberang ke kontingen lain menyebabkan peraihan medali cabang panjat tebing kurang. Kepindahan atlit membela daerah lain terasa sangat mudah. Perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, KONI dan Dinas Pemuda dan Olahraga sudah terasa lebih baik. Pembinaan, fasilitasi dan dukungan moril maupun materiil, bagi FPTI sudah cukup dan bermanfaat pada peningkatan kualitas atlet. Ade berharap atlet panjat tebing tampil lebih optimal dan tidak hanya memikirkan peraihan medali, karena upaya perbaikan terus dilakukan. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Tidak ada komentar: