Minggu, Juli 13, 2008

Menang tapi kecewa

Disela-sela kemenangan yang diraih beberapa atlit Jawa Tengah, terdapat keluh kesah para olahragawan yang mendukung daerahnya. Seperti komentar Sulastri atas medali perak yang telah diraihnya. Di nomor tolak peluru, cewek asli Cepu ini mengemukakan, hasil yang didapat pada ajang PON XVII Tahun 2008 belum sesuai dengan harapannya. Sewaktu kualifikasi PON yang lalu, hanya Sulastri satu-satunya yang lolos dibanding atlit-atlit lain se Indonesia, yaitu sejauh 12,20 meter. Memang persyaratan masuk kualifikasi PON di cabang atletik nomor tolak peluru harus mampu melempar sejauh minimal 12 meter. Hal tersebut yang menjadikan sistem ranking digunakan untuk menseleksi para peserta masuk PON. Lemparannya sejauh 12,47 meter menghasilkan medali perak.


Sulastri - menang tapi kecewa....

Padahal impiannya emas untuk wanita yang telah mengikuti PON sebanyak 3 kali dan selalu membela Jawa Tengah ini sehingga menjadikan dirinya merasa kecewa. Impiannya meraih emas belum tercapai, padahal kompetisi yang ada di PON XVII ini hanya mempertemukan atlit-atlit kawakan di nomor tolak peluru, semuanya sudah kenal, ungkapnya.
Persiapan selanjutnya adalah menuju Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Tengah Juli 2009. Keinginan untuk tetap berprestasi masih ada, namun demikian dirasakan pemerintah kurang perhatian terhadap nasib para atlit yang telah membela daerahnya. Sulastri juga mengeluhkan beberapa kali Pemerintah Daerah Kabupaten Blora menjanjikan pekerjaan untuk dirinya, tetapi semua hanya janji. Kalau orang luar saja bisa menjadi PNS, atau tenaga honorer, mengapa para atlit yang berjuang mati-matian untuk daerahnya tidak mendapatkan kemudahan. Beberapa tes/ujian telah dilalui. Ujian di Sekretariat Daerah maupun saringan CPNS tetap tidak menghasilkan imbalan yang dijanjikan. Olahraga memang dunianya, tetapi pekerjaan juga merupakan suatu kebutuhan yang mendukung untuk hidup. Sebenarnya setelah PON XVI Tahun 2004 di Palembang Sumatera Selatan, Sulastri telah istirahat dari atletik. Karena ada panggilan dari Pelatda, dia kembali bertolak untuk membela Jawa Tengah. Tetapi jika setelah PON XVII ini tidak ada respon dari pemerintah daerah, maka Sulastri bertekad untuk tetap berhenti membela Jawa Tengah dan akan pindah ke daerah lain. Olahraga tetap jalan, tetapi uang sebagai penghidupan juga dibutuhkan. Baginya faktor finansial sangat dominan dalam hidup, sehingga menjadi sebuah pertimbangan yang utama. Ditanya bagaimana perasaannya jika membela daerah lain, daerah yang bukan asalnya, Sulastri menjawab hal tersebut merupakan hal yang biasa terjadi. Jika prospeknya bagus dan ada perhatian dari pemerintah setempat, kenapa tidak !!!. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Trianingsih always the first

Even atletik tidak akan pernah sepi oleh pengunjung. Demikian pula pada Jum’at (11/7) pagi dan sore kemarin. Hasil yang diraih Jawa Tengah dalam laga atletik tidak terlalu meleset dari target. Emas dinomor lari 10.000 meter berhasil diraih Trianingih dengan membubuhkan catatan waktu 34:41:63 lebih awal dari rekor PON yang dibuatnya sendiri tahun lalu. Disusul di urutan ke enam oleh rekannya Unik Setyorini. Sedangkan dalam cabang estafet 4 x 400 meter, tim Jawa Tengah berhasil mendapatkan medali perak. Demikian pula perak yang disandang oleh Sulastri di nomor tolak peluru, disusul dengan Dwi Ratnawati di peringkat ke empat nomor tersebut. Medali perunggu di event lari 1.500 meter putri juga berhasil disandang oleh Witari. Pada nomor lompat jangkit dan lari 1.500 meter putra, Jawa Tengah belum berhasil meraih impian. Irfa harus puas berada di posisi ke 5 diantara enam orang finalis yang berada pada nomor lompat jangkit, setelah membuat tanda lompatan sejauh 11.97 meter di bak pasir. Sementara Harianto dan Sugeng Sutrisno juga belum berhasil meraih prestasi yang didambakan. Keduanya berada pada posisi ketujuh dan sembilan dalam nomor lari putra 1.500 meter. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Sulitnya Panjat Emas

Harini dan Erna Cahyanti yang memperkuat tim panjat tebing Jawa Tengah kembali mewakili daerahnya untuk berlaga di nomor boulder perorangan putri. Sebanyak 4 track yang disediakan panitia harus dirasakan semua seluruh atlit yang berlaga pada PON XVII - 2008 di Kalimantan Timur. Track nomor dua tampak lebih curam, sulit dan menantang. Namun demikian, kalangan atlit Jawa Tengah yang digadang-gadang dapat emas tidak merasa gentar, justru merasa semakin penasaran dan terus berupaya keras menundukkan medan. Pertandingan semi final nomor boulder perorangan putri dimulai tadi pagi kemarin. Laga Erna dan Harini cukup mendebarkan. Dari beberapa track yang disediakan panitia, track nomor tiga berhasil dilalui oleh Erna dengan mulus. Waktu memang harus diperhitungkan dalam pertandingan boulder, peserta boleh mencoba medan sampai waktu habis. Medan yang terlalu curam merupakan tantangan yang cukup berat untuk ditaklukkan. Kemiringan yang lebih dari 40 derajat cukup menyulitkan para peserta. Banyak peserta yang gagal, terutama di track nomor dua yang selain curam juga bergelombang. Dalam pertandingan babak semifinal tersebut, Erna Cahyanti yang bernomor dada 70 berhasil meraih pering-kat ketiga. Bersama dengan enam orang pemanjat lainnya yakni Anitama (Jawa Timur), Wilda Baco (Jawa Timur), Murjayanti (DI. Yogyakarta), Agung Eti (DI. Yogyakarta), dan Indah Yuliastanti (Kalimantan Timur) akan beradu ketangkasan dalam laga penentuan beberapa hari kedepan. Sementara itu, di nomor beregu campuran, kategori rintisan duo pemanjat Jawa Tengah, Harini dan Dwi Haryanto menempati peringkat ke-6. Peringkat pertama disandang oleh duo dari Jawa Barat, disusul Jawa Timur, Kalimantan Timur A, Sulawsi Selatan, dan tim tuan rumah yang lainnya (Kalimantan Timur B). Membubuhkan nilai 82,02 tim beregu campuran kategori rintisan dari Jawa Tengah ini memiliki tiket menuju ke babak semi final. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Osama terjatuh, Heru terpelanting

Atlet berkuda andalan Jawa Tengah Heru Kuswara, mengalami kendala saat pertandingan berkuda berlangsung pada putaran pertama lompat rintangan perorangan di Komplek olahraga Kutai kartanegara, kemarin. Secara mengejutkan dan diluar perkiraan,Heru terjatuh saat menunggangi kuda Osama yang bernomor 63. Osama menabrak palang rintangan dan langsung tersungkur, tidak dapat bangkit lagi. Tim medis yang bertugas bergegas menangani Heru. Untungnya cidera yang dialami atlet berkuda Jawa Tengah ini tidak parah. Heru hanya diangkut ke dalam mobil ambulans dan mendapatkan perawatan. “Saya sangat kesal dengan kejadian tersebut hingga tidak bisa melanjutkan pertandingan, saya cedera bagian kaki dan lecet di bagian wajah, karena tertendang dan terinjak Osama, yaaa....saya kesel tidak dapat bertanding lagi,” kata Heru menyesal. Menurut Heru, saat Osama bertanding dilompat rintangan beregu Osama tampak segar, namun kali ini kurang maksimal, “Mungkin itu salah satu faktornya sehingga terjatuh” demikian jelasnya. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Panah-panah "Arjuna" Jateng lesu

Tim atlet panahan Jawa Tengah yang bertanding di kompleks GOR Perjiwa Tenggarong Samarinda sampai saat ini belum satu medalipun yang menggantung dileher.


Panahan Jateng belum bidik medali

Sampai hari ke
-4 dilaksanakannya ajang tanding panahan diantaranya ronde perorangan putra dan beregu putra semua, mele-set dari harapan. Tapi masih ada harapan diantaranya pada kelas tradisional dan nasional yang rencananya berlangsung Sabtu dan Minggu, bahkan bisa sampai 17 Juli 2008 mendatang.


Atlet panahan Jateng sedang membidik sasaran

Menurut pelatih panahan H. Kartono Wibowo kekalahan atlet panahan Jawa Tengah pada garis besarnya atlet sudah berusaha maksimal, tetapi apa boleh buat semua tergantung dilapangan.
Kalau kita lihat untuk hari-hari berikutnya atlet kita mampu menyabet medali, dan yang diharapkan dari ladang emas ronde tradisional, memang kita menyiapkan dironde itu untuk dapat emas baik putra maupun putri. Kekalahan tim beregu putra dari tuan rumah Kalimantan Timur untuk meraih perunggu, kita mengakui karena tim tuan rumah lebih senior dibandingkan dengan atlet kita yang berlaga di ronde beregu.***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Target Cabor Senam masuk Final

Cabor senam, Jawa Tengah mengirim 9 atlet. Salah satunya Intan Oktaviani. Dara asli Semarang, 27 Oktober 1994 ini memilih olahraga senam sebagai kegiatan positifnya.


Gaya pesenam muda Jateng

Siswa SMP Ragunan Jakarta ini mempersiapkan diri menghadapi PON XVII 2008 dengan latihan rutin di gedung
Universitas Semarang (UNNES). Sebagai orang Jawa Tengah, dara cantik ini berharap pemerintah memikirkan adanya gedung senam bagi masyarakat untuk sarana pembinaan. Tentang peroleh medali PON XVII, remaja kelas III SMP ini tersenyum. “Tidak mematok target, yang penting bisa tampil maksimal”, tuturnya sambil berlalu. Ungkapan senada, Elly Kusumawati, pelatih senam asal Semarang mengatakan, tim senam Jawa Tengah tergolong yunior. PON XVII yang pertama diikuti, sehingga harus realistis karena tim daerah lain didominasi atlet lama dan berpengalaman.


Intan Oktaviani, bibit baru senam Jateng

Tim pesenam Jawa Tengah rata-rata berusia muda, antara 13-14 tahun. Ini strategi untuk mencari bibit-bibit baru, karena usia pesenam dibatasi antara 12-25 tahun. Para pelatih berharap pada PON berikutnya, atlet kita sudah matang dan banyak pengalaman, sehingga berpeluang mendapatkan medali banyak. Saat ini targetnya hanya bisa masuk 8 besar, khususnya untuk senam ritmik pita, ritmik dan tali. Untuk spot aerobik, diupayakan bisa meraih perak, syukur emas.
Negaga, pembina senam mengungkapkan, seluruh daerah pasti punya target yang terbaik. Senam ritmik kayak loncat indah, penilaiannya sangat subyektif meski ada aturan baku. Juri sebanyak 12 orang, matanya berbeda-beda dan variatif. Diharapkan seluruh atlet bisa memberikan yang terbaik bagi daerahnya. Pelatih hanya bisa mengantarkan sampai saat sebelum pertandingan, sedang saat bertanding semua berada dipundak atlet sendiri. Nagaga, perempuan paruh baya yang masih tampak gesit dan lincah itu mengisyaratkan, pemerintah harus mulai melakukan banyak pembinaan. Di negara-negara ASEAN, kejuaran senam setiap tahun minimal 6 kali. Pertandingan sangat bermanfaat bagi atlet untuk menambah jam terbang serta ajang pembinaan, sehingga termotivasi menjadi yang terbaik. Di sinilah pemerintah seharusnya merasa tertantang untuk melakukan pembinaan dan mengadakan gedung senam disetiap kabupaten/kota sehingga bermunculan bibit-bibit baru. Demikian pula orang tua harus mendukung dan bekerja sama, seperti membuatkan baju, dan dukungan lain, karena baju pesenam harganya mahal, mencapai Rp 6 juta dan harus diimport dari luar negeri. Meski demikian bukan berarti boleh ikut campur urusan teknik. Semoga senam makin baik. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Kalahkan lawan dengan strategi

Tim bulutangkis putra DKI Jakarta ditantang Jawa Timur dalam perebutan tiket ke final di GOR Bulutangkis Stadion Utama Palaran, sementara Jawa Barat yang diperkuat pemain pelatnas Budi Santoso, siap dihadang para pebulutangkis Jawa Tengah. Partai menarik di cabang bulu tangkis terjadi ketika 4 tim yang masing-masing diperkuat pemain pelatnas, berebut tiket ke final. Jawa Timur yang sejak awal membukukan kemenangan telak atas lawannya, kemarin harus puas menjadi runner up di Grup B setelah kalah 2-3 dari Jawa Tengah. Dengan hasil ini, Toni Gunawan dan kawan-kawan akan bertemu tim tangguh DKI Jakarta yang keluar sebagai juara Grup A setelah membukukan kemenangan sukses tanpa kalah sejak pertandingan pertama. Pada pertandingan terakhir kemarin, DKI Jakarta menang 5-0 atas Jawa Barat. “Kekalahan melawan Jawa Tengah tidak meyurutkan perjuangan anak-anak untuk bisa merebut emas. Peluang melawan DKI Jakarta tetap berimbang. Saya akan memanfaatkan kesempatan melalui partai ganda. DKI Jakarta itu kuat di tunggal. Kami curi 2 di ganda dan satu di tunggal,” ujar Tim Manajer Jawa Timur Ferry Stewart. Tim Manajer Bulutangkis Jawa Tengah Denny Kantono mengaku, strategi yang dipertontonkan dalam perebutan tiket ke final tak akan jauh berbeda ketika bertemu Jawa Timur. Pertemuan serupa juga terjadi di beregu putri. Tim putri DKI Jakarta yang keluar sebagai juara Grup P setelah menang telak 3-0 atas Jawa Barat, akan bertemu Jawa Timur di semifinal. Sementara Tim putri Jawa Te-ngah yang keluar sebagai juara Grup Q setelah membukukan kemenangan telak 3-0 atas Jawa Timur, bertemu Jawa Barat di semifinal. Sebagai juara grup, baik putra maupun putri, Denny Kantono optimis para pemainnya akan mampu menyumbangkan medali emas di kedua nomor ini. “Target kita 2 emas, segala upaya telah dilakukan, semoga saja bisa terpenuhi,” tandasnya. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Satu terget emas terpenuhi

Petang kemarin stadion bulu tangkis di Palaran gegap gempita, menyusul tim bulu tangkis Jawa Tengah beregu putra, merebut medali emas setelah menyisihkan DKI Jakarta 3-0. Sebelumnya tim beregu putri juga meraih medali perunggu. Ini berarti target 1 emas telah terpenuhi.


Terpenuhi satu target emas untuk Jateng

Permainan diawali dengan tunggal putra Andre Kurniawan melawan Simon yang menghasilkan angka 2
1-15, 21-18 untuk Jawa Tengah. Kemudian ganda putra Rian Sukmawan dan Yonatan melawan Joko dan Renata. Tunggal putra berikutnya Andreas Kurniawan melawan Tomy Sugiarto, putra mantan pebulutangkis Jawa Tengah yang hengkang ke Jakarta. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Bulutangkis Jateng bablas ke Final

Tim ganda putra bulu tangkis Jawa Tengah maju ke final, menyusul keberhasilannya mengalahkan Jawa Barat 25-23; 9-21 dan 21-17. Untuk meraih kemenangan, awalnya pemain tidak berharap terlalu banyak. Yonatan Suryatama Dapuk, pebulu tangkis yang sempat terjatuh saat melawan Jawa Barat, mengatakan, kita underdog melawan DKI Jakarta, sebab kemampuan mereka lebih merata. Tim DKI Jakarta rata-rata pemain pelatnas, sedangkan kita pemain klub, kebanyakan dari Jarum Kudus.


Ganda Jateng melaju Final

Kami berusaha saja, apalagi kekuatan kita hanya 40:60 dibanding DKI Jakarta. Kita memang lemah di single. Kita bisa masuk final saja sudah bagus. Hal senada dikatakan pelatih bulu tangkis Jawa Tengah, Antoni yang memang tidak mentargetkan medali untuk tim bulu tangkis. Kalaupun bisa maksimal hanya satu emas. “Kita realistis saja, karena pemainnya muda semua rata-rata 25 tahun ke bawah. Lain daerah pemainnya tua-tua. Itu strategi untuk regenerasi, mudah-mudahan tahun 2012 bisa bicara. Itu keuntungan kita”, kata Antonius.
Menurut mantan pemain pelatnas tersebut, peta kekuatan lawan telah dimiliki Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Untuk itu harus pasang strategi dan kekuatan khusus antara lain dengan menampilan pemain muda, sehingga bisa dilakukan pembinaan sejak dini. Saat ini baru mampu diam, tetapi 2012 mendatang, kita bisa bicara banyak, karena telah banyak generasi bulu tangkis Jawa Tengah yang kuat. Untuk itu kita harus perbanyak klub, sehingga merata di Jawa Tengah. Kalau sejak usia 9 tahun anak sudah bisa pegang raket, maka bisa langsung dilihat potensinya dan dilakukan pembinaan. Untuk itu materi pelatih juga harus bagus, pengalaman dan harus terus belajar. Doakan saja kita bisa mendapatkan emas”. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

BMX Jateng dan Jabar ungguli tuan rumah

Seperti menelan pil pahit, ambisi tim tuan rumah PON XVII Th. 2008 Kalimantan Timur untuk mendapatkan emas dari cabor balap sepeda di nomor BMX atau sepeda gunung pupus sudah, sejak kemarin. Semua jawara Kalimantan Timur harus mengakui keunggulan atlet Jawa Barat dan Jawa Tengah sama-sama meraih medali emas. Kemenangan Jawa Barat dan Jawa Tengah atas daerah lain, perlu mendapat acungan jempol.


Jagoan BMX Jateng babat jagoan tuan rumah

Kehebatan dua daerah ini, bukan menjadi rahasia lagi. Kehebatan atlet dan kegigihan pelatih, menjadikan Jawa Barat dan Jawa Tengah melejit di nomor BMX yang baru pertama kali di gelar pada event nasional ini. “Jawa Barat dan Jawa Tengah tidak bisa diangap enteng, mereka sangat kuat untuk di kalahkan,” kata Wisno salah satu pendukung Kaltim.
Menurutnya kekalahan Kalimantan Timur ditandai jatuhnya, Ismail, atlet andalannya ketika pertama kali turun berlomba. Ismail jatuh karena kurangnya keseimbangan sepeda saat jumping sehingga menyenggol lawan saat turun dari jumpingan. “Kaltim harus akui kekalahan tersebut,” cetusnya. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Judo Jateng sabet Emas

Di kompleks GOR Perjiwa, Pejudo andalan Jawa Tengah yang telah meraih satu emas di kelas bebas perorangan atas nama Krisna Bayu beberapa waktu yang lalu kini di kelas beregu menyusul menyumbang satu emas lagi. Atlet judo Jawa Tengah yang kemarin selama sehari penuh mampu menggungguli lawan-lawannya. Atlet judo beregu Jawa Tengah yang berada di grup B mampu menggunduli lawan mainnya Jawa Timur dan Banten.


Aksi Pejudo Jateng membanting lawan

Dalam bermain di grup B atlet judo beregu Jawa Tengah yang diperkuat Asrori dikelas 60 kg, Fendi Suryanto 66 kg, Andi Nugroho 73 kg, Sundoyo Hermawan 81 kg dan Krisna Bayu di kelas bebas menaklukan Jawa Timur dengan skor 3 - 2. Babak berikutnya Banten dibantai dengan skor 5-0 untuk Jawa Tengah. Pada semifnal tim judo beregu Jawa Tengah berhadapan dengan tuan rumah Kalimantan Timur.


Batingan Pejudo Jateng terhadap lawan

Tim judo beregu unggulan Jawa Tengah akhinya mampu melumpuhkan kegigihan pejudo tuan rumah dengan skor 3-2. Dalam final atlet judo beregu Jawa Tengah bertemu dengan Jawa Barat dengan skor akhir 3-2 untuk kemenangan atlet Jawa Tengah dan berhasil meraih mendali emas. Amin Pambudi, Pelatih Judo Jawa Tengah mengatakan, kemenangan tim beregu ini tak lain karena dorongan semangat perjuangan atlet yang tak pernah henti, mereka tidak mengeluh, tidak cengeng, biarpun dibilang atlet judo menempati mess yang sangat sederhana, kurang selera makan menyusul menu yang kurang cocok dan sarana transportasi tidak memadai.


Ippon untuk Pejudo Jateng, Bravo !!

Amin berharap dengan prestasi atlet-atlet seperti ini sudah sewajarnya pemerintah daerah memperhatikan kesejahteraan atlet, khusus
nya atlet yang berprestasi, supaya atlet tersebut tidak menyeberang ke provinsi lain. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Berkuda puas diurutan kedua

Tim Berkuda Jawa Tengah, harus puas diurutan ke 2 dengan medali perak di nomor Show Jumping atau lompat rintangan. Pertandingan berlangsung di komplek olahraga Kutai Kartanegara. Manajer sekaligus pelatih Jawa Tengah, Prasetiono Sumiskum mengatakan dirinya mengaku haru dan bahagia ketika melihat anak asuhnya meraih medali perak, “Perjuangan tim Jawa Tengah sangat luar biasa walau hanya bertahan di urutan ke 2 meraih perak,” ujarnya.



Show Jumping Atlet Berkuda Jateng

“Saya merasa bahagia sekali bisa membawa Jawa Tengah diurutan ke 2,” ujar Prasetiono bangga. Pertandingan beregu tersebut, Jawa Tengah menurunkan 4 atlet (Pingkan Motira Amitra, Heru Kuswara, Tiara Ulfa Zen dan Denneish Christian Sanjaya). “Ini merupakan kerja keras tim, yang membuahkan hasil walau di urutan ke 2. Saya bangga, mampu urutan 2 Berkuda PON XVII Kaltim,” ujar Tiara. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Dwi Ratnawati pecahkan rekor

Setelah dua kali runner-up di dua even PON sebelumnya, Dwi Ratnawati, pelempar cakram putri Jawa Tengah akhirnya meraih emas di arena PON XVII Tahun 2008 Kalimantan Timur. Dwi mencatat lemparan terjauh 50,31 meter di lapangan lempar cakram, Komplek Stadion Utama Palaran, Samarinda, kemarin. Lemparan dara asal Sragen, Jawa Tengah ini sekaligus memecahkan rekor PON (45,97 meter) atas nama rekannya, Darminah di Palembang 4 tahun silam. Si gaek Darminah sendiri hanya melempar 37,33 meter dan puas pada urutan 4. “Saya nggak ada feeling memecahkan rekor nasional, tetapi kalau untuk rekor PON memang ada. Aku bersyukur dapat medali emas dan medali ini aku persembahkan untuk almarhum ayah,” ujar Dwi yang juga pemegang rekor nasional lempar cakram putri sejauh 50,68 meter itu. Tempat kedua direbut Juliana Dika, 16 ta-hun, dari Kal-bar yang melempar sejauh 43,16 meter. Sedang medali perunggu diraih Fitria Wati (Sumbar) dengan lemparan 37, 78 meter. Sementara tuan rumah Kaltim sendiri, Fitria Ana Sari belum beruntung dan hanya mampu melakukan lemparan 36, 94 meter. Pada final tolak peluru putri, salah satunya yang akan berlaga adalah Dwi Ratnawati (Jawa Tengah). ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Mumpung PON ...... jualan kaos

Pada perhelatan akbar PON XVII Tahun 2008, sejumlah pedagang dari luar Kalimantan Timur telah memanfaatkan kesempatan itu untuk mremo mengais rizki dengan untung besar, tetapi halal. Heriyadi, pedagang asal Solo menjual pakaian bertajuk PON XVII-2008.


Mumpung PON....mremo-laju Solo-Kaltim

Bersama 3 rekannya menjual berbagai varian pakaian mulai kaos, sweater dan tas, berlogo Kempo dan PON. Kualitas barangnya tidak perlu diragukan meski harganya relatif murah, mulai dari Rp 30 ribu untuk kaos, hingga Rp 80 ribu untuk sweater dan Rp 75 ribu untuk tas. Barang-barang itu diproduksi oleh seorang pelatih Kempo asal Solo yang memiliki usaha garmen. Heriyadi mengaku barang-barang yang dijualnya laris manis. Wajar jika kemudian pasangan dagangnya bolak-balik ke Solo untuk kulakan atau ambil barang lagi. Pelatih kempo asal Papua, Sigit Sayuto berniat membeli kaos berlogo Kempo tetapi harus menunggu hingga esok harinya karena kehabisan stok. Tas termasuk barang paling laris. Sejak Selasa (8/7) Heriyadi dan ketiga rekannya berada di SMU 10 Melati dan akan terus disana hingga seluruh kontingen pulang. Tidak hanya Heriyadi, masih banyak pedagang musiman lain yang sengaja datang ke Kalimantan Timur untuk sekedar mengadu untung dengan berjualan barang-barang souvenir
PON XVII-2008. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Medali terlepas dari Panjat Tebing

Kamis hari ini (10/7) Jawa Tengah mengikuti 2 kegiatan panjat tebing. Masing-masing kategori rintisan berantai putri yang dimainkan Harini dan Erna Cahyanti, serta speed estafet putra kualifikasi. Harini bilang “Saya optimis kategori rintisan berantai putri masuk tiga besar”, meski kenyataannya Jawa Tengah tak mendapatkan nomor di kelas ini. Atlet panjat tebing Jawa Tengah asal Kabupaten Sragen ini berharap, selain cuaca, semoga tak ada kendala teknis lainnya. Hal tersebut dikatakan karena pada pelaksanaan panjat tebing cenderung sering mulur waktunya sehingga menimbulkan kesan seolah-olah panitia kurang cekatan. “Hal tersebut sangat terasa ketika pertandingan dipagi hari. Karantina dilaksanakan pagi-pagi tetapi pertandingannya baru siang dimulai. Kadang jalur sudah jadi, tahu-tahu ada kendala lain muncul lagi”, tutur Harini. Tentang target, mahasiswa STIMIK AKAKOM Yogyakarta tersebut mengatakan, “Walaupun pelatih tidak memberi target tertentu, tetapi kita ingin tetap tampil secara maksimal. Kita juga berkeinginan merubah tradisi yang tadinya berada di ring atau peringkat 4, kalau bisa naik ke 3 besar”.


Aksi atlit Jateng panjat tebing

Lebih lanjut cewek kelahiran 18 September 1983 ini juga berharap di PON yang pertama kali diikutinya ini, bisa meraih medali emas, terutama kelas perorangan putri yang tinggal final, dan direncanakan dilaksanakan di hari terakhir, tanggal 17 Juli 2008. Salah satu juri panjat tebing asal Pekalongan, Akhmat Syaiful mengatakan, kekuatan panjat tebing Jawa Tengah fifty-fifty. Jawa Tengah Oke, tetapi Jawa Timur tampaknya kuat juga. Meski dari catatan waktu selisihnya agak banyak.


Kerjasama atlet Jateng dalam cabor Panjat Tebing

Peluang untuk Jawa Tengah tetap banyak, karena banyak faktor yang berpengaruh, seperti semangat, ada yang nervoes melihat teman terpeleset, misalnya. Kalau kita meng-abaikan faktor untung-untungan, yang jelas kita harus melihat kemampuan lawan. Untuk jalur pendek, Jawa Tengah telah siap, terutama yang perorangan. Untuk speed merata. Kita tadi cuma kehabisan waktu. Itupun kalau ada yang nilainya sama, dilihat nilai pada babak sebelumnya. Oleh karena itu pula, Syaiful berharap, Harini bisa meraih emas di perorangan putri.
Mantan atlet panjang tebing itu juga berharap agar kesejahteraan atlet diperhatikan, sehingga tidak banyak yang pindah ke daerah lain. Kalimantan Timur, kalau mau jujur banyak membeli atlet dari daerah lain, bahkan Riau yang rencananya akan jadi tuan rumah PON berikutnya, sudah mulai mencari-cari atlet daerah lain yang berpotensi dan bersedia pindah daerah. Harus disadari, keberhasilan atlet membutuhkan proses dan pembinaan, namun sebagai manusia kadang tetap memilih yang lebih menguntungkan.


Pelatih Panjat Tebing Jawa Tengah

Jawa Tengah tetap bersyukur, karena masih banyak atlet yang setia menetap di daerahnya sendiri. Disisi lain, Juri panjat tebing terbanyak dari Jawa Tengah, Ari Mulyanto (Purwodadi), Widi (Kebumen), serta juri jalur Krisnano (Kab. Batang) dan Sobhirin dari Banyumas. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Lompat Jangkit urutan empat

Triman wakil Jawa Tengah pada cabang atletik lompat jangkit harus puas di urutan keempat. Pemuda asal Bawen Grobogan ini berpeluang meraih medali. Namun keberuntungan belum berpihak padanya. Di urutan terakhir, atlit kontingen lain menggusur peringkatnya ke peringkat 4. Tujuh tahun menekuni lompat jangkit tak membuat Triman patah arang dengan kekalahannya. Kegagalan Triman meraih medali di PON XVII bukan tanpa sebab. Cidera kaki menjadikan prestasinya menurun. Kaki sebagai tumpuan tolakan dan awalan sangat berperan menentukan hasil lompatan tidak dapat berfungsi secara optimal. Sehingga jarak yang dapat diraih hanya 14,76 meter. Prestasi kali ini menurun, biasanya mencapai 15 meter. Pada Pra PON atlit ini menempati urutan kedua, bahkan di beberapa kejuaran nasional dan internasional lainnya, prestasinya tidak mengecewakan. Pada kejuaraan internasional Ase-an School menempati peringkat 3, sedang pada kejuaraan Junior tingkat Asia menempati peringkat ke 13. Hasil yang diraih saat ini menjadi perhatian lebih bagi atlit Jawa Tengah untuk lebih meningkatkan prestasinya, untuk menghadapi PORDA Jawa Tengah mendatang. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Lari posisi tiga

Pelari putra Jawa Tengah, Agus Prayogo berhasil mencetak angka kecepatan 32 menit 01,28 detik berada diposisi 3 dalam perlombaan lari nomor 10 km putra di Stadion Palaran Samarinda. Selisih hampir 2 menit dari peringkat pertama Jauhari Johan dari Sumatera Selatan dan Yohuza dari Kalimantan Timur diperingkat kedua. Selain itu atlet pelari putra Jawa Tengah yang mengikuti nomor 10 km ini pula membubuhkan catatan waktu 33 menit 20,75 detik menempati peringkat 6. Belum puas atas hasil yang ditorehkan, kedua pelari tersebut tetap akan berupaya lebih giat dan meningkatkan prestasi di ajang selanjutnya. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Jateng - Jabar bersaing ketat

Daerah Jawa dikenal oleh banyak kalangan merupakan lumbung yang subur bagi atlit-atlit bulutangkis nasional maupun yang berkelas internasional. Hampir seluruh juara bulutangkis dunia berasal dari Indonesia, wabil khusus dari daerah Jawa. Sebut saja Liem Swie King ataupun Rudy Hartono semua berasal dari Jawa. Perjalanan panjang bulutangkis Indonesia menjadi icon olahraga yang memasyarakat dan berhasil mengukir prestasi yang disegani dunia berawal dari kompetisi ketat. Seperti persaingan di arena bulutangkis Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII Tahun 2008 Kalimantan Timur. Tim-tim bulutangkis yang berlaga hingga babak semifinal semuanya berasal dari Jawa. Persaingan Jawa Tengah terhadap Jawa Barat merupakan indikasi sebuah kompetisi olahraga yang ketat. Kejuaraan bulutangkis beregu mempertemukan kedua pihak. Regu putri Jawa Tengah bertemu dengan regu putri Jawa Barat, demikian pula dengan regu putra. Kompetisi menyisakan regu putri Jawa Tengah yang harus mengalah pada tim putri Jawa Barat di babak semifinal. Pertandingan yang dilaksanakan di Stadion Utama Palaran Samarinda pada pukul 14.00 WITA kemarin dimenangkan oleh Jawa Barat 2-1. Sedangkan regu putra Jawa Tengah berhasil mengalahkan regu putra Jawa Barat. Antusias dan kecekatan Jonatan bersama Rian pada partai kedua per-tandingan bulutangkis beregu putra menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi penonton yang gemuruh meneriakkan yel-yel dan support. Jatuh bangun merupakan hal yang biasa bagi atlit untuk mempertahankan prestasi. Pemain-pemain muda yang diturunkan Jawa Tengah membuktikan bahwa tim Jawa Tengah masih mampu dan disegani, meskipun menurunkan pemain-pemain baru. Regenerasi memang sangat diperlukan dalam sebuah management olahraga. Setelah bersaing dengan sangat ketat, akhirnya tim bulutangkis putra Jawa Tengah berhasil mengalahkan tim beregu putra dari Jawa Barat. Jum’ at (11/7) tim Jawa Tengah ini akan bersiap untuk menghadapi partai final. Target satu medali emas sangat terasa sudah ada di depan mata. Untuk memberikan dorongan semangat bagi pebulutangkis Jawa Tengah, warga Jawa Tengah di Kalimantan Timur diharapkan bisa nonton. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Peluang Atletik Jateng tetap terjaga

Pemecahan rekor terus terjadi di cabang Atletik PON XVII Tahun 2008 Kalimantan Timur. Di hari ketiga, bukan hanya rekor PON, tapi juga Rekor Nasional dipecahkan di Stadion Utama Palaran. Dari 9 nomor final yang dipertandingkan Rabu (9/7) kemarin, 2 diantaranya terjadi pemecahan rekor PON dan Nasional, yaitu di nomor loncat tinggi putra atas nama Syahrial dari Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Satu rekor lagi dipecahkan atlet lompat jauh putri atas nama Maria Natalia Londa dari Bali. Sementara itu, peloncat tinggi putri Jawa Tengah, Etni Ulatningsih berhasil meraih mendali perunggu. Medali emas diraih Triningsih dengan catatan waktu 16:44.74, dan perak direbut atlet tuan rumah Kalimantan Timur Feri Marince. Triningsih yang merupakan adik dari pelari nasional Ruwiyati dari Salatiga mengemukakan, persaingan atletik pada PON tahun ini kurang begitu marak seperti kejuaran-kejuaraan lain. Di hari ketiga itu juga, cabang atletik, Ervana dari Jawa Tengah mampu menyumbangkan medali perunggu serta atlit lempar lembing, Dian Kartika memberikan sumbangan medali pe-runggu kepada Jawa Tengah. Dian Papua juga menyabet medali emas di cabang atletik melalui nomor Lempar Lembing atas nama Seli Yoku. Pertandingan atletik masih tersisa hingga 3 hari lagi. Peluang Jawa Tengah untuk menambah medali masih terbuka lebar. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Renang borong emas

Kolam Renang Putri Junjung Buih Tenggarong menjadi saksi prestasi perenang Jawa Tengah, yang mengungguli rekannya sendiri Donny B. Begitu pun Utomo merebut emas di nomor gaya kupu-kupu, langsung medali (tidak ada babak) dengan catatan waktu 02 menit 2,81. Rekannya Sapto Nugroho di posisi 3 (02 menit 8,11 detik), sehingga memperoleh perunggu. Posisi perak ditempati andalan Jawa Timur, Soehariono Yacob yang membubuhkan waktu 2 menit 07,93 detik. Nomor gaya dada langsung putri, Jawa Tengah juga mengantarkan 2 perenang putri memperoleh emas yaitu Afi Noviandari dari Jawa Timur (34 menit 53 detik). Perenang putri Jawa Tengah duduk di peringkat 2 dan 3. Keberhasilan Margaretha Kretapradani dan Armaini Yusita yang mengalungi medali perak dan perunggu, merupakan hasil kerja keras dan kerjasama semua pihak mencatatkan waktu 34 menit 89 detik mengungguli kawannya 7 detik, Margarethha Kretapradani berhak atas medali perak, dan Armaini Y0usita mendapatkan perunggu. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Balap Sepede kecewa

Impian untuk meraih medali emas dari cabang balap sepeda di kelas tritium tinggal harapan. Pembalap sepeda Jawa Tengah, baik putra maupun putri di kelas ini yang ditargetkan meraih dua medali emas harus mengakui ketangguhan provinsi lain. Pembalap sepeda Jawa Tengah putra Anwar Setiawan yang diharapkan menggondol medali emas di cabang ini semula bisa mengatasi semua lawannya, bahkan mampu melampaui lawannya, tetapi pada lap 12 mengalami pecah ban. Pada etape terakhir kecelakaan tak bisa terhindarkan dan Anwarpun terjatuh hingga tak sempat menikmati hasil jerih payahnya. Begitu juga Rina Setiowati pembalap sepeda putri Jawa Tengah yang juga di kelas tritium mengalami nasib serupa pecah ban pada lap 13. Manager tim balap sepeda Jawa Tengah Didik Dwi Jatmanto menuturkan selama empat hari di Kalimantan Timur, dari cabang ini berturut-turut menduduki nomor 4, seperti Yuli Hariyanto sampai kilometer 30 masih ranking satu dan kilometer 33 pecah ban hinggga dari unggul satu menit menjadi ketinggalan dua menit. “Kekalahan ini karena faktor ketidakberuntungan saja”, tambahnya. Untuk kelas balap sepeda BMQ yang akan dilaksanakan Jum’at (11/7) biarpun tidak ditargetkan namun diharapkan bisa mengantongi medali. Didalam cabang ini atlet Jawa Tengah akan tampil untuk putra Hoho dan Toni sedang putri yaitu Putri Yusika. Didik sapaan akrabnya manager tim balap sepeda Jawa Tengah juga berharap dalam kelas Road Tris yang akan dilaksanakan tidak lama lagi dapat menyumbang emas dalam cabang balap sepeda, karena di kelas ini merupakan salah satu yang ditargetkan untuk meraih medali emas.***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**