Senin, Juli 14, 2008

2 Emas 1 Perak digaet Suryo

Jawa Tengah pantas bangga, karena memiliki atlit bertalenta mengesankan. Suryo Agung Wibowo, pemuda asal Solo yang selalu membela daerahnya ini merupakan andalan nomor lari. Atlet satu ini sedang dipersiapkan untuk menghadapi event internasional Olimpiade Beijing 2008, Pada perhelatan PON XVII Tahun 2008 berhasil pulang membawa 2 emas dan 1 perak.


Suryo kibarkan bendera Jateng

Medali emas diperoleh dari nomor lari 200 meter dan sprint 100 meter putra, sedang medali perak diperoleh bersama-sama 3 rekannya melalui nomor estafet 4 x 400 meter. Meski telah menggondol medali emas di nomor 100 meter putra, Suryo masih belum puas karena waktu yang ditempuh untuk menyelesaikan lintas-an masih mencapai 10,39 detik. Waktu tersebut sesuai season basenya pada tahun 2008. Capaian angka itu bukan penampilan disengaja untuk menyimpan tenaga, tetapi pertandingan 100 meter putra di putaran final sempat diulang hingga 3 kali, menyusul adanya peserta yang mencuri start. Saat tanda diulang dibunyikan, Suryo sudah me-lintas kira-kira 30 meter. Dengan penundaan tersebut tenaga dan kalori-nya terkuras dan berpengaruh terhadap jarak tempuh saat mengikuti sprint 100 meter. Lelaki asal Solo ini berupaya tampil maksimal pada Olimpiade mendatang.
Obsesinya, dapat memecahkan rekor nasional nomor 100 meter putra atas nama Mardi 10,20 detik. Persaingan di Olimpiade sangat berat menginggat kegiatan olahraga multinasional ini diikuti pelari-pelari andalan beberapa negara. Suryo menyatakan tetap akan berusaha mati-matian untuk membela merah putih di daratan China itu.


Dari PON menuju Olimpiade

Target Olimpiade hingga kini belum ditentukan, tetapi keinginan minimal menyamai rekor pelari-pelari Indonesia di even internasional, yaitu mencapai semifinal. Kemungknan membela daerah lain yang lebih menjanjikan, dengan mantap Suryo menyatakan ingin tetap bertahan dan berjuang untuk Jawa Tengah. Saya asli dan dibesarkan di Jawa Tengah, jadi harus berbuat untuk Jawa Tengah. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Atlet-atlet Jateng mudah beradaptasi

Kesiapan atlet Jawa Tengah kini makin kondusif karena sudah beradaptasi dengan lingkungan dan mapan, sehingga bisa konsentrasi untuk bertanding, hal itu dikatakan Wakil Ketua Umum II KONI Jawa Tengah Drs. H. Soegiyanto, KS, MS.


Atlet-atlet Jateng selalu kondusif dan mudah adaptasi

Ketika pertama kali datang dan menginjakkan kaki di Bumi Etam Kalimantan Timur, harus diakui memang ada sedikit perasaan was-was dan keraguan, karena dalam beberapa hal sarana dan prasarana tampak belum sepenuhnya siap.
Namun setelah beradaptasi semua teratasi. Mengenai kalah menang dalam pertandingan, merupakan faktor pelaksanaan saja, karena prinsipnya atlet telah siap tanding dan merebut medali. Kekalahan yang selama ini diderita, diluar dugaan, seperti pada sepak takraw, wushu, harus diakui keunggalan lawan. Untuk mengatasi semua ini, kedepan harus dicari bentuk-bentuk pembinaan atlet yang harus berbeda dari sekarang. Pada cabang wushu, misalnya, cara teknik sama, tetapi secara fisik harus diakui atlet kita kalah.


Bibit dan bina atlet Jateng menjadi handal & tangguh

Namun harus dibuktikan bahwa atlet Jawa Tengah masih mampu bertanding.
Sampai sekarang Jawa Tengah mempunyai tradisi membina, kedepan sudah waktunya dilakukan pembibitan yang bagus, untuk membentuk atlet yang handal dan tangguh, yang yunior harus dicambuk supaya mendapatkan setidaknya perak. Pada PON berikutnya diharapkan meningkat dengan mempersembahkan emas. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Volly Pantai Jateng gagal ke semifinal

Tim volly pantai Jawa Tengah tak meloloskan satupun wakilnya pada babak semifinal cabang olahraga (cabor) volly pantai yang berlangsung di Pulau Derawan Kabupaten Berau, Minggu pagi kemarin (13/7). Satu per satu wakil Jawa Tengah itu gugur di babak penyisihan grup. Wakil pertama yang dipastikan tersingkir adalah team putra Jawa Tengah 1 (Achmad Kholil/Galing). Setelah pada pertandingan babak penyisihan pool A kemarin hanya menempati peringkat IV dengan nilai rata-rata 0,899 klasemen akhir. Disusul tim Bali yang menempati peringkat III. Hal yang sama juga dialami tim putra Jawa Tengah II, yang hanya mampu menempati peringkat IV dengan nilai rata-rata 0,690. Pool B dihuni Kalimantan Timur II, DKI Jakarta I dan Jawa Timur I. “Lawan-lawan kami bermain lebih bagus”, ujar Pelatih Tim Volly Pantai Jawa Tengah, Suharjanto. Tim Putri Volly Pantai Jawa Tengah sedikit lebih baik karena mampu menembus babak 8 besar. Tim Putri Jawa Tengah I yang dikawal Erlina/Fitri berhasil menumbangkan wakil dari Kalimantan Barat (Syarifah/Jamiatul) 2 set langsung tanpa balas. Namun, Tim Volly Pantai Jawa Timur (Ike/Helmi) berhasil menghentikan laju tim putri Jawa Tengah dengan skor 21-12 dan 21-18. Pertandingan berikutnya, diluar dugaan Bangka Belitung (Babel) yang dikawal Christ Mareti/Haryati mampu mempecundangi putri Jawa Timur 2 (Suparyanti/Tyas) 2 set langsung tanpa balas,dalam tempo 34 menit 21-18 dan 21-15. Suharjanto mengaku tak mengira Bangka Belitung mampu mengatasi permainan anak asuhnya. “Kami justru kaget terhadap permainan Bangka Belitung. Sebelumnya kami sudah tahu permainan mereka tetapi kali ini jauh berbeda,” jelas Suharjanto yang mengaku lebih menghawatirkan Papua ketimbang Bangka Belitung. Dengan hasil ini target semifinal pun urung dicapai. “Sebenarnya target kami cukup semifinal”, ujar Suharyanto. Menyinggung masalah perkembangan volly pantai di Jawa Tengah, diakuinya, peminat relatif banyak, tetapi sarana prasarana, khususnya arena berlatih di Semarang masih sangat terbatas, sehingga sangat mengganggu laju peminat. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Trio Bowling Jateng urutan 4

Di arena Kings Bowling Samarinda Central Plaza duet trio Jawa Tengah bermain sangat cantik. Untuk semua nomor yang dipertandingkan, Jawa Tengah mengirimkan putri-putri terbaiknya Tan Bie Liang, Tan Bie Ling dan Tan Bie Sian. Ketiga gadis cantik ini berhadapan dengan 10 tim lain, yang sama serunya dalam bermain. Di nomor Master Putri kemarin, ketiganya menunjukkan kemampuannya yang prima. Untuk perebutan no-mor ini digunakan sistem round robin. Setiap peserta bertanding melawan peserta lain secara merata. Hasil kemenangan mendapat bonus nilai 10 dan seri mendapat bonus 5 point. Jumlah total pertandingan 16 game termasuk penentuan pada nomor ini. Tan Bie Liang yang bernomor punggung 116 mendapat kode D menghadapi lawannya yang pertama DKI Jakarta. Tan Bie Sian bernomor 118 pertama menghadapi peserta dari Sumatera Selatan, Elsa Maris bernomor dada 125. Sedang Tan Bie Ling yang bernomor punggung 117 menghadapi atlit Sumatera Utara, Jessica Florenca. Pertandingan babak pertama yang terdiri 8 game tersebut ditutup dengan perolehan score sementara 1425 (peringkat 12) untuk Tan Bie Sian, score 1401 (peringkat 13) untuk Tan Bie Ling dan Tan Bie Sian memperoleh angka 1377 (peringkat 15). Sebelumnya, di arena bowling yang sama, tim putri pebowling Jawa Tengah berhasil menduduki peringkat ke empat dengan total nilai rata-rata 175, terdiri 171 persembahan Tan Bie Liang, 176 oleh Tan Bie Ling dan 178 dari Tan Bie Sian. Terpaut total hasil yang hanya lima angka dari tim tuan rumah Kalimantan Timur sebagai juara ketiga menyebabkan Jawa Tengah urung mendapatkan medali. Peringkat trio putri pertama diraih tim Sumatera Barat dengan total nilai rata-rata 186, dan DKI Jakarta memperoleh nilai 185. Sedang di nomor single ketiga pebowling Jawa Tengah secara berurutan menempati ranking ke 6, 7 dan 18. Doubel putri delegasi Jawa Tengah dapat mencapai peringkat ke 6 melalui pasangan Tan Be Liang dan Tan Be Ling. Sementara itu, perhitungan keseluruhan dari All Event cabang bowling putri, Jawa Tengah melalui Tan Bie Sian berhasil menempatkan diri di jajaran ranking sepuluh besar. Harapan, perjuangan dan kerja keras bowling tersebut belum berhenti sampai disini. Minggu kemarin merupakan hari terakhir pertandingan yang menyisakan nomor Master baik putra maupun putri. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Menembak targetkan Emas

Saridi, atlet menembak asal Kota Surakarta, Bagus Harjono, Semarang dan Gatot Puspojudo dari Kota Semarang Minggu kemarin (13/7) mempersembahkan medali perak bagi Jawa Tengah kelas Free Rifle Prone Men (Team) 50 meter dengan perolehan nilai 1743. Sementara medali emas diraih tim asal Sumatera Selatan dengan nilai 1.741 atas nama Anindito, Akhmad S dan Rahmad Wisnuaji, sedangkan medali perunggu diraih tim asal Jawa Barat dengan nilai 1728 atas nama Robi, Arie dan Agus S. Prajurit TNI Kopasus berpangkat Kopral 2 itu mengaku, target Tim Menembak Jawa Tengah 7 emas, 4 diantaranya diperoleh dari kelas Air Ripfle Match Putri baik beregu maupun perorangan, serta Air Rifle Match Putra baik beregu maupun perorangan. Senin (14/7) 3 posisi, Air Rifle Hunting Putri, Sport Rifle 3 posisi (Maxima Rizado/Kab. Klaten, Shilla Prasasti/Kab. Klaten, Rini Astuti/Kab. Cilacap) serta Center Fire Pistol Precision, diharapkan mendapat medali emas. Besok pagi terlihat 3 peluang, Air Rifle Hunting Putra, Free Rifle 3 Posisi (Andy Hendrata/Kota Semarang, Ma-drofi/Kota Surakarta dan Gatot Puspo-judo/Kota Semarang), serta Center Fire Pistol Duel. Hari terakhir pertandingan Rabu (16/7) terbuka harapan Versi berburu standart 3 posisi 300 meter yang akan dimainkan Saridi dan Madrofi. Dalam cabor menembak tak ada kriteria usia. Semakin tua semakin menjadi, yang penting dalami terus dan perbanyak latihan Gatot Puspojudo, atlet menembak yang pada PON XVI meraih perak untuk perorangan dan emas beregu menyatakan yang penting berusaha maksimal dan berupaya memberikan yang terbaik untuk Jawa Tengah. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Eko Triyanto memanah Emas

Agar dapat mencapai sesuatu yang diinginkan, setiap manusia harus terus berusaha, namun Tuhan jualah yang menentukan. Sama halnya dengan atlet panahan Jawa Tengah. Setelah melalui berbagai rintangan dan cobaan, barulah membuahkan hasil. Sejak hari pertama ajang kejuaraan panahan dimulai, baik perorangan maupun beregu tidak satupun membuahkan hasil. Setelah berjuang tanpa menyerah, akhirnya memetik emas. Atas kegigihannya itu, Minggu (13/7) pemanah Jawa Tengah, Eko Triyanto, berhasil memetik medali emas dari ronde tradisional perorangan putra. Pria kelahiran Sragen 29 tahun lalu itu mampu membuktikan kebolehannya menancapkan mata panahnya tepat pada medali emas, sedang perak dan perunggu diraih Jawa Timur. Selain itu, ronde tradisional beregu putra putri dan ronde tradisional tunggal putri juga menyumbang medali perak.


Bidikan Emas buat Jateng dari Eko Triyanto

Untuk tradisional beregu putra, Eko Triyanto, Teguh Bandiyono dan Sugiyanto meraih perak, emas diraih pemanah Jawa Barat dan perunggu Kalimantan Tengah. Ronde tradisional peroangan putri, medali emas diraih Kalimantan Tengah, perak Jawa Tengah dan perunggu Jawa Barat, sedang ronde tradisional beregu putri medali emas di raih Kalimantan Timur, perak Jawa Tengah dan Perunggu Lampung.
Pelatih Panahan Jawa Tengah Teguh Riyanto S.Pd mengatakan cabang panahan yang diharapkan mencetak emas dari ronde tradisional telah terbukti biarpun baru 1 dari 3 target. Target keseluruhan cabang panahan 4. Atlet kita saat ini sudah beradaptasi dengan lingkungan arena pertanding-an sehingga saat bertanding bisa membawa dirinya masing-masing dan konsentrasi penuh. Teguh berharap semua atlet tetap bersemangat guna mencapai target dari cabang panahan dapat tercapai. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

2 Emas terlepas dari Kempo Jateng

Tiga atlet kempo Jawa Tengah, Sulistyana, SE asal Semarang, Theresia Yuliastuti A, S. Psi asal Surakarta dan R. Taufan Harisam asal Banyumas, terpaksa menangis sesenggukan, menyusul medali emas yang didambakan terlepas dari tangan, meski semula tak ada target mendapat emas. Sulistyana berpasangan dengan Theresia main di Embu Pasangan Putri II/III Dan melalui tekniknya Kumi Embu VII, Sabtu kemarin (12/7) harus mengakui kelebihan pasangan Jawa Timur, Haryani Jelita dan Ivo Rahmadan melalui teknik San Go Ken yang mendapat nilai 261, sedang nilai Jawa Tengah 260, disusul pasangan Ninik Purwati dan Ika Puspa Dewi dari Jawa Barat lewat teknik San Go Ken perolehan nilai 258. R. Taufan Harisam juara POOL B juga demikian, dengan pita putihnya kemarin mampu mengalahkan Husra Edi dari DKI Jakarta dengan nilai 5-0, Sabtu kemarin juga harus mengakui kelebihan Ahmadi dari Sumatera Barat Juara POOL A dengan pita merahnya pada Randori Perorangan Putra 1 Kelas, yaitu Kelas <>


Medali Emas terlepas dari genggaman Kempo Jateng

Ini artinya sampai hari Sabtu kemarin (12/7) Tim Kempo Jawa Tengah baru mendapatkan 2 perak dan 1 perunggu, yang didapatkan dari Embu (Kerapihan Teknik) beregu putri dengan nilai 259,93 dari pemain Retno S, Mei Eko S, Triwi Hastuti dan Adhinta Fersa A. Upayanya 5 emas, minimal 4 emas didukung latihan rutin. Di Kalimantan Timur latihan di Poli Teknik Pertanian Negeri Samarinda, tutur Retno Sulistyawati, asal Banyumas. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Fransisca sumbang Emas untuk Jateng

Hari kedua pelaksanaan pertandingan cabang Taekwondo, Jawa Tengah telah memetik 3 keping medali emas di GOR Sempaja kemarin. Atlet taekwondo Jawa Tengah telah menggenggam 2 emas atas nama Rahmad yang berlaga di kelas middle putra dan Amalia Kurniasih Palupi di kelas harvai putri, sedang Derry Darmansyah Maulana dihari pertama mempersembahkan perak. Hari kedua kemarin Fransisca Valentina yang berlaga di kelas Sr Fin putri mampu meraih medali emas yang ketiga. Dalam perjuangannya untuk medapatkan emas boleh dibilang tidak mudah. Pada babak semifinal Fransisca bertemu Jawa Timur dan mampu dengan mudah menaklukkan lawannya menghasilkan skor 1-7 untuk kemenangan Sisca.


Fransisca menyumbang emas taekwondo untuk Jateng

Namun pada babak final Sisca yang lincah dalam berlaga ini harus berhadapan dengan Selvi Yulianita atlet taekwondo asal Banten. Dengan semangat dan tekat merebut emas, akhirnya usaha Sisca pun tak sia-sia dan mampu melibas lawan dengan skor 1-7 untuk Sisca sehingga apa yang diimpikan Sisca bisa terwujud dan dapat menyumbang medali emas yang ketiga dari cabang taekwondo untuk Jawa Tengah, perak Resti Yulia dari Banten, perunggu atas nama Nathasa Amelia (Jawa Timur) dan Fitria Handayani (Sumatera Barat).


Sumbangan emas dari Taekwondo belum naikkan Jateng dari peringkat 5

Di hari kedua atlet taekwondo Jawa Tengah juga menyumbangkan 2 medali perunggu atas nama Ariesti Perwita di kelas Sr
Fin putri dan Ong Stevanus kelas Sr Fin putra. “Para atlet ikut bangga dan terus berusaha khususnya pada cabang taekwondo untuk bisa menyumbangkan medali emas dan berusaha melampaui target yang ditentukan. Target kita 2 medali emas dalam cabang taekwondo, tetapi pada hari pertama saja sudah bisa memenuhi dan hari ini dapat satu lagi, mudah-mudahan hari berikutnya masih bisa menyumbangkan emasnya baik dari berbagai kelas untuk Provinsi Jawa Tengah.” kata Rahmad atlet taekwondo Jawa Tengah yang hari pertama menyumbang emas. Meskipun jalannya pertandingan mendapat penjagaan ketat dari aparat TNI dan polisi, namun penonton dan supporter tetap padat dan saling meneriakkan kobaran semangat bagi tim yang didukungnya masing-masing. Dengan supporter meriah, atletpun tampak sangat bergairah. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Lagi, Atletik Jateng tambah medali

Medali Emas diperoleh dari Suryo Agung Wibowo asal Kota Surakarta dari 200 meter, Trianingsih asal Kota Salatiga 5.000 meter dan 10.000 meter, sedang Dwi Ratnawati asal Kota Salatiga dari lempar cakram. Medali Perak diperoleh dari Suryo Agung W lari 4 x 100 meter, Sugeng Sutrisno asal Kabupaten Blora lari 800 meter, Sutrisno asal Kabupaten Blora jalan cepat, Sulastri asal Kabupaten Blora tolak peluru, Dian Kartika asal Purbalingga lembar lembing, dan Risa Wijayanti asal Grobogan dengan jalan cepat 20 K. Medali perunggu diperoleh Rusmanto asal Kabupaten Batang melalui lempar lembing, Agus Prayogo asal Kota Magelang dari 10.000 meter, Ervana asal Kabupaten Pati melalui sapta lompat, Erni Ulatningsih asal Kota Salatiga pada 500 mater, dan Witari asal Kota Salatiga dari jalur 1.500 meter. Dalam beberapa waktu belakangan ini cabang olahraga atletik mulai dilirik kalangan muda Jawa Tengah, karena itu pemerintah maupun pihak terkait lainnya sudah saatnya menaruh perhatian serius untuk lebih menggairahkan minat masyarakat. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Atletik Jateng tambah Emas

Olahraga akan terasa hambar tanpa atletik. Jawa Tengah kini telah mengoleksi 4 medali emas dari atletik. Melalui Suryo Agung Wibowo, emas bertambah. Atlet asal Solo ini telah melaju ke tingkat internasional Olimpiade Beijing 2008. Nomor 100 meter putra merupakan nomor andalannya. Bernomor punggung 106, Suryo berhasil meraih emas keduanya dalam waktu 10,39 detik. Di nomor 3.000 meter putra steeplechase, 2 atlit Jawa Tengah belum berhasil membawa medali, walau M. Mujianto sempat memimpin dilintasan kedua, dan akhirnya masuk finish diurutan ke 5, dengan catatan waktu 9:40:84, disusul rekan sedaerahnya, Harianto diurutan ke 6 dengan catatan waktu 10:00:58. Pada final nomor 3.000 meter steeplechase putri, pelari Novita Andrini menduduki peringat 5 dalam wak-u 11:40:25, tiga menit dibawah pelari tuan rumah. Peringkat pertama, kedua dan ketiga diduduki Rini (Kaltim), Andriana (NTT), dan Nyai Agita (Sumut). Pertandingan atletik akan ditutup penampilan nomor marathon hari ini Minggu (13/7), dan Jawa Tengah menerjunkan pelari-pelari andalannya. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

FPTI sudah berupaya optimal

Pertandingan semi final panjat tebing cabang boulder perorangan yang dilaksanakan pagi hari di komplek Stadion Utama Palaran Samarinda sepi pengunjung. Tidak seperti pertandingan panjat tebing speed beregu. Pertandingan ini hanya dihadiri beberapa suporter dari kontingennya sendiri, akibatnya gemuruh sorakan tidak terdengar, yang terdengar hanya teriakan-teriakan kecil dari supporter yang sebagian besar juga atlit. Di sela-sela pertandingan tampak supporter Jawa Tengah tampil pula sebagai atlet dilaga semifinal nomor boulder perorangan putri. Ade, misalnya, selain supporter juga pengurus provinsi Federasi Panjat Tebing Indonesia (FP TI) daerah Jawa Tengah. Jawa Tengah diperkuat 13 atlet panjat tebing berusia 16-27 tahun. Persiapan Jawa Tengah sebenarnya sudah matang untuk mengikuti kejuaran olahraga nasional ini. Sejak 6 bulan silam telah diadakan pelatihan khusus di Purwokerto. Atlet Jawa Tengah rata-rata pemanjat muda yang masih perawan, belum dipoles secara optimal. Sejak dimulai hingga semalam atlet-atlet muda ini sudah berhasil meraih medali perunggu pada nomor speed beregu putra, pada nomor lain, tersisih. Kesempatan masih terbuka, karena Jawa Tengah masih menyisakan beberapa nomor pertandingan, seperti boulder perorangan putra dan putri yang melaju hingga tahap semi final. Mengenai target FPTI, menurut Ade, sebenarnya tidak ada target khusus, yang penting tampil optimal. Persiapannya sebenarnya sudah cukup, tetapi persaingnya sangat ketat. Kontingen lain banyak yang lebih siap dan diperkuat atlet-atlet berpengalaman. Atlet pemanjat tebing senior Jawa Tengah saat ini berada dilima besar nasional. Sedang juniornya sudah sampai tingkat Asia. Jatuhnya Harini atlet binaan di track nomor 2 dalam panjat tebing, merupakan resiko olahraga. Tantangan tidak berbahaya, asal semua safety prosedure dipenuhi. Safety equipment juga telah dimonitor secara kontinyu oleh tim teknis dari pusat. Mengenai lintasan track yang ekstrim, FPTI Jawa Tengah belum memiliki fasilitas latihan khusus dengan medan track curam, sehingga menyulitkan atlit. Pelatihan panjat tebing buat-an maupun lintasan alam sering diberikan sebagai porsi rutin untuk atlet. Pada try out yang lalu berhasil lumayan. Kegiatan itu dimaksudkan untuk menguji kemampuan, fisik sekaligus mental atlet. Beberapa kegagalan yang terjadi selama PON XVII bukan merupakan kekurangan atlet Jawa Tengah, namun lebih disebabkan kesiapan kontingen lain lebih baik. Bertambahnya kuantitas pembinaan dan pelatihan belum cukup bagi atlit, tetapi harus diikuti peningkatan prestasi dan kualitas atlit. Semangat memang diperlukan, namun untuk mengubah semangat menjadi prestasi membutuhkan waktu panjang. Regenerasi atlit panjat tebing Jawa Tengah juga lebih baik. Perpindahan atlit junior ke senior diharapkan dapat meningkatkan prestasi. Batas umur minimal 16 tahun bagi pemanjat senior tinggal menunggu saat. Banyaknya atlet Jawa Tengah menyeberang ke kontingen lain menyebabkan peraihan medali cabang panjat tebing kurang. Kepindahan atlit membela daerah lain terasa sangat mudah. Perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, KONI dan Dinas Pemuda dan Olahraga sudah terasa lebih baik. Pembinaan, fasilitasi dan dukungan moril maupun materiil, bagi FPTI sudah cukup dan bermanfaat pada peningkatan kualitas atlet. Ade berharap atlet panjat tebing tampil lebih optimal dan tidak hanya memikirkan peraihan medali, karena upaya perbaikan terus dilakukan. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Masa depan Anggar Jateng

Meski tidak diunggulkan pada PON kali ini, pemain anggar Jawa Tengah tetap tampil prima. Sayangnya olahraga asing ini belum mendapat perhatian yang baik dari masyarakat ataupun pemerintah, termasuk dari KONI. Pelatihan sebagai persiapan menghadapi PON XVII Kalimantan Timur, pemain anggar sebanyak 6 orang dikirim ke Malaysia untuk latihan. Ke-6 pemain anggar yang semuanya putra merupakan potensi untuk meraih prestasi di PON XVII. Mereka diterjunkan pada semua nomor pertandingan (sable, foil dan epee baik perorangan maupun beregu putra).


Perlunya dukungan sarpras yang memadai bagi atlet anggar Jateng

Jawa Tengah tidak mengirim pemain anggar putri.
Setiap kali latihan, pemain anggar Jawa Tengah mengaku bingung. Latihannya berpindah-pindah, kadang di GOR Jatidiri atau di STM 1 Semarang. Alat yang digunakan pun kebanyakan milik pribadi. Kebanggaan atlit bertambah, karena meskipun dengan peralatan pribadi namun didasari perasaan ikhlas dan tanpa lelah telah berhasil menembus medan pertandingan dengan sempurna. Akhirnya medali emas dengan mudah didapat. Dengan prestasi yang gemilang ini, mudah-mudahan perhatian pemerintah dan KONIDA, dapat meningkatkan sarana dan prasarana latihan, karena latihan merupakan awal dari sebuah prestasi. Intensitas latihan memerlukan dukungan peralatan dan sarana prasaran. Tanpa didukung sarana prasana memadai dan jaminan kesejahteraan yang baik, mustahil prestasi yang diidamkan setiap atlet dan daerah dapat terpenuhi. Semua itu terkait dengan kebutuhan hidup setiap manusia. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Anggar Jateng pulang kantongi 2 emas

Di GOR Sempaja Samarinda Kalimantan Timur, tim anggar putra Jawa Tengah harus mengalah dengan tim dari Sumatera Utara pada nomor beregu. Dengan kekalahan tersebut, cabang olahraga anggar sudah selesai bagi tim Jawa Tengah. Jawa Tengah juga tidak mengirimkan pemain anggar putrinya pada even olahraga nasional PON XVII Tahun 2008 Kalimantan Timur kali ini. Trio Andi Hermansyah, Hendarto dan Sony tersingkir di babak 8 besar melalui pertandingan seru melawan tim dari Sumut.


Aksi atlet anggar Jateng di PON XVII Kaltim

Namun demikian tim anggar merasa lega karena telah berhasil meraih dua medali emas untuk dipersembahkan kepada Jawa Tengah. Di nomor
foil perorangan atas nama Sinatrio Raharjo dan foil beregu putra, Jawa Tengah berhasil memperoleh nilai yang memuaskan. Sedangkan Indra Krisnamurti berhasil menduduki peringkat sepuluh besar di nomor yang sama. Medali emas dari Jawa Tengah yang diraih merupakan sebuah hasil jerih payah dan prestasi besar para pemain anggar Jateng ditengah minimnya fasilitas latihan yang ada di daerahnya. Mereka telah membuktikan bahwa cabang anggar di Jawa Tengah juga merupakan cabang olahraga yang berpotensi dan patut untuk disegani. Dengan diraihnya medali emas dari cabang tersebut, mudah-mudahan pemerintah memberikan perhatian yang lebih sehingga prestasi pemain dapat ditingkatkan. Ada kekhawatiran jika kurang perhatian, jago-jago itu mencari yang lebih baik di daerah lain. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Perhatian regenerasi Pelari Jawa Tengah

Pada cabang atletik lari estafet 4 x 100 meter Jawa Tengah berhasil meraih medali perak. Nomor beregu ini digawangi pelari-pelari muda Jawa Tengah yaitu Anton Dwi Cahyo (Kudus), Levanda (Purwokerto), Sutono (Purbalingga) dan Suryo Agung Wibowo (Solo).


Loyalitas Suryo Agung terhadap Jawa Tengah

Pelatih dan Manager Tim lari sprint Jawa Tengah, Jojon Siswanto mengungkapkan bahwa peluang
Jawa Tengah untuk meraih medali dalam nomor atletik masih terbuka lebar. Dari lima medali emas yang ditargetkan, Jawa Tengah sudah meraih 4 medali. Pelari Jawa Tengah Suryo Agung juga telah masuk pada pelatnas untuk menghadapi Olimpiade Beijing yang akan berlaga pada nomor sprint 100 meter putra yang diprediksi melengkapi target emas atletik Jawa Tengah yang telah dicapai sebanyak 4 emas yang diwujudkan oleh Trianingsih pada nomor lari 5.000 dan 10.000 meter, Dwi Ratnawati di nomor lempar cakram putri, dan satu medali emas dari nomor lari 200 meter.


Atlet-atlet muda berbakat menjadi tumpuan Jateng

Atlit-atlit Jawa Tengah merupakan atlit-atlit muda yang berbakat. Dengan persiapan hanya sekitar 2 minggu berkumpul dan berlatih bersama, Jawa Tengah bisa menghasilkan perak. Padahal tim dari daerah lain sudah lama dan berbulan-bulan dulu dikumpulkan dan melakukan pelatihan bersama, seperti Jawa Timur, tuan rumah Kalimantan Timur maupun Papua. Kesiapan Jawa Tengah terbatas karena beberapa atlit baru kembali ke pelatda. Suryo Agung yang mengikuti pelatihan menghadapi kejuaraan Olimpiade, serta 2 orang lainnya bersiap menghadapi kejuaraan Asia.
Untuk menghadapi PON Riau yang akan datang, pelari junior Jawa Tengah akan siap tampil lebih bagus. Target 5 emas telah tercapai 4 dari cabang olahraga lari 500 meter dan 1.000 meter oleh Trianingsih, lempar cakram putri oleh Dwi Ratnawati, dan nomor lari 200 meter putra. Pembinaan pada cabang olahraga atletik sangat diperhatikan, beberapa kejuaraan daerah yang diselenggarakan rutin tahunan, seperti Sprint Contest dari UNNES, POPDA SD, SMP maupun SMA. merupakan sebuah even yang cukup menjanjikan. Tetapi yang sebenarnya patut diperhatikan adalah masa-masa peralihan antara SMA ke mahasiswa. Pada masa itulah peak peformance atlit akan muncul. Sewaktu SMP-SMA terdapat PPLP, namun setelah itu setiap individu berhak menentukan sendiri pilihannya, apakah mengikuti PPLN atau justru tidak sekolah. Permasalahan tersebut akan berpengaruh pada regenerasi pelari-pelari yang ada di Jawa Tengah. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Demi sesuap nasi melalui event PON XVII

Hidup memang tidak mudah, apalagi ditunjang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini, sehingga sangat mempengaruhi kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok hidup lainnya. Untuk bisa memenuhi kebutuhan bagi kehidupan keluarganya harus kerja keras dan semakin keras. Pemikiran itu setidaknya selalu terlintas dibenak batin Nur Sholeh, warga Jawa Tengah asal Klaten, “Demi sesuap nasi saya harus rela menyeberang lautan selama dua hari lebih untuk menuju Bumi Etam Kalimantan Timur”. Momentum PON XVI 2008 dimanfaatkan oleh Nor Sholeh bersama 50 orang lebih temannya untuk berjualan kaos dan barang-barang souvenir lain yang seluruhnya beridentitas PON XVII Tahun 2008 Kalimantan Timur. Para penjaja barang souvenir itu dikoordinir oleh seseorang yang biasa dipanggil Boss, karena boss inilah yang memasok modal, berapapun yang dibutuhkan. Biasanya kepada setiap pedagang tidak langsung diberi banyak modal atau barang, tetapi pertama pasti sedikit, jika penjualan baik, modalnya akan ditambah disesuaikan dengan kebutuhan. “Yang saya ikuti membawa 60 lusin. Itu jumlah paling sedikit, karena yang lain ribuan lusin. Jadi, mengenai berapa pendapatan saya, juga tergantung seberapa banyak kaos yang terjual. Mudah-mudahan boss saya baik, sehingga saya bisa membawa pulang banyak uang. Ini karena pendapatan tergantung juga kebaikan hati bos, sedangkan hati orang berbeda-beda. Ada yang mau kasih banyak, ada yang sedikit, dan macam-macamlah”, tutur Nur Sholeh. Bapak 3 orang putera dan puteri ini berharap, dagangan yang digelar diemper-emper Stadion Utama Palaran Samarinda dengan modal sekitar Rp 7-10 juta dapat laku dan habis terjual. Selama hari Jum’at kemarin, Nor Sholeh mengaku baru mendapatkan hasil penjualan Rp 2 juta (kotor). Hal senada diungkapkan Yashid, warga Jawa Tengah asal Boyolali yang juga berjualan kaos di PON XVII Kalimantan Timur, lokasinya bersebelahan dengan Nur Sholeh. Yashid, pekerjaan sehari-hari memang berjualan barang serupa dengan cara memanfaatkan setiap momentum besar, baik di tingkat regional maupun nasional. Pekerjaan itu telah dilakoninya bertahun-tahun, mulai dari tingkatan kecil, setingkat kabupaten/kota , tingkat provinsi hingga nasional, semuanya diikutinya secara seksama. Tentang omzet, warga Donohudan Boyolali itu mengaku rata-rata berkisar antara Rp 2-3 juta sehari. Pekerjaan itu ditekuni, karena tidak mengenal rugi. Setiap langkah yang dilakukannya selalu dihitung dengan cermat, sehingga kerugian dapat dihindari. Sama dengan Nor Sholeh, Yashid berharap banyak, barang dagangannya bisa habis terjual sebelum penutupan, karena untuk perjalanan pulang kembali ke Jawa Tengah harus disesuaikan dengan jadual pelayaran kapal. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**

Shelomita pecahkan rekor

Perenang Jawa Tengah, Shelomita (23), memecahkan rekor lama atas nama Ira Kurniawan dari Jawa Barat, dengan catatan waktu yang dicetak 28,27 detik, lebih cepat dibandingkan rekor Ira (25), yang tercatat 28,57. Selain Shelomita, pemuda berusia 23 tahun Akbar juga memecahkan rekor nasional nomor 800 meter gaya bebas putra di kolam renang Junjung Buyah, Tenggarong. Akbar memecahkan rekor atas namanya sendiri yang dicetak pada PON XVI 2004 di Palembang Sumatera Selatan. Rekor baru yang dibuat Akbar, 8 menit 27,26 detik, lebih cepat dari rekor sebelumnya 8:28,48. “Dalam 2 tahun terakhir saya konsentrasi melatih daya tahan untuk nomor jarak jauh,” ujar Akbar. ***

**Bagian Publikasi - Biro Humas Setda Prov. Jateng**